karena aku “bukan sepenuhnya”, aku “setengahnya”. 
aku setengah dari setiap gender, aku setengah dari kotak-kotaknya.
karena aku tak ingin melemah, aku tak ingin dipandang setengah mata.
karena aku juga tak setangguh yang dibayangkan, aku juga pernah tersungkur, karena aku juga pernah menangis.
Aku (bukanlah) budak kehidupan dan tuntutan.
karena aku tak menuruti setiap garis hidupku, aku pembual kenyataan.
karena aku pernah menyangkal Tuhan, aku pernah mempertanyakan kebahagiaan yang